Senin, 29 April 2013

Subnetting

SUBNETTING


TUJUAN PRAKTIKUM :
  1. Memahami Subnetting Classfull & Classless secara CIDR / VLSM.
  2. Dapat mengkonfigurasi IP pada jaringan Local Area Network.

PENDAHULUAN
Classfull
            Pengalokasian host pada jaringan dengan menggunakan sebuah subnet mask yang sama,  biasanya menggunakan protocol RIPv1 dan IGRP, dimana protocol ini  tidak mempunyai field untuk menyimpan informasi subnet sehingga informasi-informasi subnet tidak dikirimkan.
            Ini berarti jika sebuah router menjalankan RIP mempunyai sebuah subnet mask dengan nilai tertentu, router beranggapan bahwa semua interface yang berada di dalam alamat classfull routing.  Jika kita mencampurkan panjang subnet yang berbeda dalam sebuah network yang menjalankan protocol RIP atau IGRP maka network itu tidak akan bekerja.
Classless
            Pengalokasian host/IP yang dapat menggunakan subnet mask yang berbeda, yang didukung oleh routing protocol (RIPv2, OSPF, dan EIGRP) yang dapat memberikan informasi subnet, sehingga dapat menghemat sejumlah alamat host/IP.
Subnetting :
Mengapa dilakukan subnetting ?
1.    Untuk mengurangi lalu lintas jaringan, mengurangi broadcast storm/memperkecil broadcast domain. (reduced network traffic)
  1. Mengoptimalisasi unjuk kerja jaringan (optimized network performance)
  2. Pengelolaan yang disederhanakan yang memudahkan kita dalam pengelolaan,mengidentifikasikan permasalahan (simplified management)
  3. Penghematan alamat IP
Pada dasarnya subnetting adalah mengambil bit-bit dari bagian host sebuah alamat IP dan me-reserve atau menyimpannya untuk mendefinisikan alamat subnet. Konsekuensinya adalah semakin sedikit jumlah bit untuk host. Jadi semakin banyak jumlah subnet, semakin sedikit jumlah bit yang tersedia untuk mendefinisikan host bit.


CIDR ( Classless Interdomain Domain Routing)
Perhitungan subnetting pada CIDR merupakan perhitungan lanjutan mengenai IP Addressing dengan menggunakan metode VLSM ( Variable Length Subnet Mask ), namun sebelum membahas VLSM perlu direview terlebih dahulu subnetting menggunakan CIDR.
Pada tahun 1992 lembaga IEFT memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP Address yang dinamakan supernetting atau classless inter domain routing (CIDR), metode ini menggunakan notasi prefix dengan panjang notasi tertentu sebagai network prefix, panjang notasi prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai Network ID, metode CIDR dengan notasi prefix dapat diterapkan pada semua kelas IP Address sehingga hal ini memudahkan dan lebih efektif. Menggunakan metode CIDR, kita dapat melakukan pembagian IP address yang tidak berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai.
Sebelum kita melakukan perhitungan IP address menggunakan metode CIDR berikut ini adalah nilai subnet yang dapat dihitung dan digunakan :
Tabel 1. Tabel Nilai CIDR
Subnet Mask
CIDR
Subnet Mask
CIDR
255.128.0.0
/9
255.255.240.0
/20
255.192.0.0
/10
255.255.248.0
/21
255.224.0.0
/11
255.255.252.0
/22
255.240.0.0
/12
255.255.254.0
/23
255.248.0.0
/13
255.255.255.0
/24
255.252.0.0
/14
255.255.255.128
/25
255.254.0.0
/15
255.255.255.192
/26
255.255.0.0
/16
255.255.255.224
/27
255.255.128.0
/17
255.255.255.240
/28
255.255.192.0
/18
255.255.255.248
/29
255.255.224.0
/19
255.255.255.252
/30

Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada subnet mask dimana :
-       untuk IP address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada oktat terakhir karena pada IP Address kelas C subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0
-       untuk IP address kelas B yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 2 oktat terakhir karena pada IP Address kelas B subnet mask default-nya adalah 255.255.0.0
-       untuk IP address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 3 oktat terakhir karena IP address kelas A subnet mask default-nya adalah 255.0.0.0

Contoh: Subnetting pada jaringan classfull dengan alamat network 192.168.1.0,                             seperti yang diperlihatkan pada gambar 2?

0 komentar:

Posting Komentar